Tiba-tiba Aku Jadi Ingat Kau Laila
Tiba-tiba, Laila, aku jadi ingat kau, sepasang kesepian yang saling cumbu, retak garis tangan yang tak kunjung bertemu, angin dan daun-daun di pucuk batang yang saling buru, dari jendela aku lempar sepasang bola mata ke langit di mana kau sedang menjumlah warna.
Di sini, di negeri yang dulu kita sama-sama tanam kecemasan, musim sekarang tak lagi beraturan, cuaca berebut tikam, hujan tak lagi jatuh pelan-pelan, sekali turun senantiasa membikin rendam, kemudian bocah-bocah kecil yang tak takut demam terjun dan berenang, kadang hanyut sampai jauh, sampai ke masa lalu, di mana segala haru bermuara temu.
Di sini, Laila, di kelok dan simpang jalan-jalan yang dulu biasa kita bertukar tangan, orang-orang kini selalu berpacu, diperbudak waktu, tak lagi berbincang dari kalbu ke kalbu, kebohongan adalah rutinitas, jika saja kita bersama, air matamu, bakalan senantiasa jatuh saksikan itu semua.
Di sini, di doa para ibu, di jari-jemari lentik kekasih yang menjahit sakit, aku jadi tak lagi pandai dan tak lagi pernah sanggup membilang sampai tunai kegamangan terhadap sebuah tualang, tungkai kadang rapuh kadang runtuh dan rindu terhadapmu menjelma semacam kehidupan baru, kehidupan yang lucu, kehidupan yang lupa orang-orang saling tempuh.
Padang; 07/01/2011