Puisi: Mestinya Sajak Ini Ditulis Ayah Untuk Ibu, dll

Mestinya Sajak Ini Ditulis Ayah Untuk Ibu 

Jangan cemas, akan kukunci pintu dari luar, biar angin, biar dingin, biar takut atau gamang tiba-tiba datang, kau lelaplah di kantung mataku dan aku akan berjaga memeram kegelisahanmu, dengar suara kepak kupu-kupu, anak-anak kita kembang, terbang dan hinggap menghisap madu jantungmu.

Kau menulis mimpi-mimpi, sekian teka-teki di dalam kepalamu jatuh di atas tidurku dan sementara berhenti mengeluh, melihat langit, melihat awan, melihat batas dan anak-anak kita terus tumbuh, menjadi hujan kemudian di dada kau dan aku.

Tidurlah kau, tidurlah kasihku, tidurlah di segenap usiaku, tidurlah sembari kulantunkan doa bagi segenap hidupmu dan hidupku.

Padang; 15/05/2011



Suara Katak

Aku mendengar suara katak, kreok kreok, hujan terasa jauh, sepasang kaki kecil telah lama menggunting langkah dan di sini aku selalu takut membuka kancing baju, ada kau tak putus-putus mejahit nama di dadaku.

Aku dan malam sekarang sepasang kekasih, saling berbagi sepi, ia mengiringku ke dalam diri sendiri dan aku menimang sajak suara katak, kreok-kreok kubaca serak, membikin mataku sendiri retak, oh, ada kau mengetuk-ngetuk kepalaku, menjadi ghaib atau mitos yang mesti tertempuh.

Tidur dan aku tak lagi pernah bisa sepakat, apa kau sekarang juga sedang mendengar kreok-kreok suara katak? merasai diam-diam angin datang? angin pergi, angin pulang dan begitu tak terduga rencana Tuhan, kau baik-baik saja? Di detak nadi aku berdoa, moga sehat sentosa.

Padang; 14/05/2011



Membisiki Bibirmu

Aku ingin membisiki bibirmu dengan mimpi-mimpi, agar kau pandai mengangan-angankanku, semisal kau mengangan-angankan pelukan ibu atau aku menanam pohon cemara di puncak kepalamu, kemudian ia akan tumbuh tinggi dan dari pucuknya akan aku ambilkan kau bulan sekeping, untuk kau peluk sembari mengingat-ngingatku menjelang igau atau aku cuma mampu sekedar menjadi gila dan berdoa agar senantiasa kau bergembira.

Padang; 09/05/2011

Cari

Arsip