Puisi: Seseorang di Seberang, dll

Tut Tut
:Yuli Nurmalasari Napitu

Tut tut dan kereta itu telah berangkat jauh dari masa lampau, menderitkan kabar tua dalam percakapan-percakapan kau dan aku yang belum sudah, di bangku tunggu seorang gadis duduk manis, meremas cemas sembari melantunkan mimpi tentang lelaki di ujung tidur.

Hei, lihat, pohon-pohon di luar jendela saling buru, daun-daun mengecupi tanah atau kita yang belum juga tiba di mana-mana, rasanya kita bergerak cepat namun keliru membaca peta, sekarang apa mungkin kau dan aku masih di sini-sini saja? Di ingatan yang gagal untuk kita pura-pura lupa dan tut tut, kereta itu selalu saja sampai di suatu ketika yang tak pernah kita tulis dalam rencana.

Padang; 30/04/2011



Empat 

1
Aku tak tahu di mana aku akan mati
nanti cuma bakalan ada semacam sepi
itulah mengapa sekarang
kau jangan sering-sering bersedih

2
Kereta itu telah lama pergi
kenapa masih menangis?

3
Dengan sisa-sisa matahari
apa masih kau akan tulisi
namaku dengan hati-hati

4
Barangkali nanti
aku akan menjadi malam
atau bulan
atau matamu sendiri
yang lalu menenggelamkan kau ke dalam mimpi
tapi kau harus cepat-cepat bangun
sebab saat itu cuma mimpi buruk

Padang; 05/05/2011




Seseorang di Seberang


Rindu itu terus tumbuh di urat jantung seseorang, jelma doa paling gamang lalu lagu semerbak senja di ketuk usia kesekian, ia tak pernah lupa masa silam, setapak jalan, petak-petak ladang, rumah gadang atau aroma rendang dan ia terus takluk dicuri keadaan.

Bahasanya panggilan ombak pantai Padang atau igau dalam demam dan ananda segeralah kau pulang, suara retak dari seberang menjadi tahun-tahun tanpa akhir pekan, sementara sansai meminta segenap diri tunai, lambai tak kunjung sampai dan dadanya selalu digelimangi badai.

Padang; 04/05/2011



Mei

Seseorang mematik debar di jatuh tanggal
memuat nasib sembari mematuk doa
dan keberangkatan terus liar tumbuh
serupa kaki-kaki kecil meniti jarum detik
entah aku telah jauh atau tetap setahun lalu

Sementara genggam punguti jalur angin
menerka gamang cabang garis tangan
dan seseorang melagu luruh mata arah
meminta pecah cemas dalam dada

Ada kangen begitu dalam
senandung pertemuan hari kelahiran
jua ke rahim ibu lalu jalan berpulang

Padang; 01/05/2011

Cari

Arsip