Puisi-Puisi Reski Kuantan (25/05-08/06/2011)

Kepada Prajurit

Aku duduk di dalam mimpi , di seberang kanak-kanak mengepel masa kelam,  matahari mencari celah, daun-daun saling mencuri usia, oh, kau di mana? Apa semua telah gugur? seperti daun-daun, daun-daun kekasih, di ujung jaga ia memekik lirih.

Yang tak berubah denting jam, putik-putik bunga kedinginan, pagi di sini diam, sediam derit pintu, sediam rasa ngilu dan lihat hari-hari, hari-hari saling pergi, ke namamu, ke tidurku, tidur para kekasih, di dalam mimpi ia menanti.

Ini jantungku, ini nadi-nadiku, ini urat leherku, bekal dari seluruh airmataku, air mata kekasih, airmata doa dari mimpi-mimpi, di sudut sedih ia mematik pelatuk dan dengar, dengar penguasa bakalan gemetar takut. Jangan tunduk!

Padang; 08/06/2011

 

 

Pohon Di Tengah Kota

Aku akan menjadi akar pohon dan kau daun-daun yang terus tumbuh sembari memandang langit abu-abu, kemudian jatuh di bibirku. Kita sepasang perindu, bahasa angin paling peluk, bisik hujan paling ribut.

Di luar batang, kota kabut dan kau selalu bercerita tentang cuaca buruk, takut semisal sendiri dicuri kantuk, mimpi-mimpi katamu kini tidak baik, di atas sana dongeng-dongeng  menuba dada dan kita selalu memiliki duka.

Sementara orang-orang pulang pergi, jejak-jejak belajar memaknai diri sendiri dan hey, lihat di sudut simpang, pecinta menunggu Kekasih, dengar doanya, lagu negeri paling sedih.

Aku akan menjadi akar pohon dan kau daun-daun yang terus tumbuh sembari memandang langit abu-abu, kelak biru dan jangan ragu, di ujung pagi senantiasa ada matahari, penuh tanti.

Padang; 05/06/2011

 

 

Mengenang


Jam yang tergantung di dekat pintu, aku selalu ingat bunyi detiknya, malam selalu jatuh pelan-pelan, di luar batang-batang tidur tanpa selimut, daun-daun memeluk kantuk dan kota begitu dingin. Sepi ini kau kah? Yang selalu datang tiba-tiba.

Aku tak lagi melingkari kalender, aku sekarang lebih sering mencari diriku sendiri sebelum menemukan kau dan kau rasai juga kah? tahun-tahun makin kecil, aku tak khuwatir makin tua, tapi cemas dengan duka.

Aku lihat, lampu-lampu itu cuma menerima nasib, tiang-tiang sedang gigil, apa kau sedang memikirkanku? Semisal mengingat masalalu? Atau jalan-jalan ini tak membawaku ke mana-mana kecuali makin karam sendiri dan tidur rasanya sekarang sama saja, sama-sama cuma sekedar mengahafal mimpi.

Oh, Aku lupa cara mengenang dengan baik, aku lupa. Kekasih.

Padang; 27/05/2011

 

 

Tanya

Rasanya aku dan kau begitu dekat untuk dapat saling mencium nafas masing-masing, kenapa tapi jantungmu, jantungku tak kunjung bertemu? atau karena aku dan kau terlalu sibuk dengan lagu yang berbeda-beda? Atau karena aku dan kau tak pernah hafal lirik yang sama?

Oh, aku di mana? Oh, atau kau di siapa? Oh, kau aku begitu dekat, kenapa tapi tanganku, tanganmu tak kunjung-kunjung saling sampai? Atau sebab kau dan aku selalu keliru menerka genggam? atau sebab kau dan aku senantiasa salah tiap mulai membilang?

Barangkali kau ke aku dan aku ke kau telah saling lupa bagaimana cara menyentuh dengan penuh cinta, atau oh kau aku, aku kau, kau aku, aku kau kau aku, kau kau, aku aku, kau dan aku sendiri-sendiri, tak lagi atau hampir bukan, Indonesia?

Padang; 25/05/ 2011

Cari

Arsip