Puisi-puisi Reski Kuantan [30/01 - 08/08/2012]

Mencintaimu

adalah aku yang selalu
merasa kehilangan
dan selalu mencarimu,
dengan penuh rindu.

Reski Kuantan;08/08/2012


Di Depan Cermin

Aku bertemu Tuhan.

Reski Kuantan;05/08/2012


Rindu dan Waktu

 Aku mengenalmu, mengenal isyarat matamu, mengenal bahasa bibirmu, mengenal gerak-gerik tubuhmu, sama seperti kau mengenal aku, tapi kita tidak mengenal waktu, dan rindu, barangkali ia sedang berlarian seperti jarum jam di dinding itu, mematuk usia pertemuan kita, kemudian membenamkannya ke dalam ingatan yang garang.

Tahukah kau kekasih? Rindu adalah kau yang sedang tertidur, rindu adalah kau yang sedang mengigau dan tiba-tiba memeluku, rindu adalah ketika di luar hujan dan sembari merasai gigil berkali-kali kau beri aku bibir, rindu adalah aku yang begitu khusyu menghisap kecantikanmu, dan waktu, waktu adalah duka, waktu adalah yang tiba-tiba tiada, kemudian air mata.

Begitulah selalu, aku bicara pada sepi seolah-olah kau di sini, kekasih.

Reski Kuantan; 30/07/2012



Dengar, Bung!

Kami,
bukan pabrik!
kepala, dada dan perut
dan bagian mana pun dari tubuh kami,
bukan mesin,
ingat!

Reski Kuantan;01/05/2012



Aku Tulis Sajak Ini Ketika Sendiri

Aku duduk menghadap kota, lampu-lampu dan kanak-kanak entah mana yang binar matanya, antara kenangan dan impian, yang aku mengerti begitulah detik, dan derik ingatan, jalan-jalan, bangku taman, pemberhentian angkutan, hujan, serta daun-daun yang berguguran adalah musim yang tak bisa ditebak, begitu juga usia, aku menyebutnya luka, yang gemetar tiap kusentuh, kemudian perih dan ngilu.

Aku pernah ingin seperti bunga kapas yang ditiup angin dan lepas, bebas berterbangan ke dalam diriku sendiri: Seorang dari diriku membunuh diriku yang lain, seorang dari diriku lagi mebunuh seorang dari diriku yang lain lagi, dan yang lainnya lagi sibuk merenung dan bermimpi. Diriku adalah tumpukan-tumpukan dari diriku yang saling membunuh dan mati dan ingatan dan mimpi-mimpi.

Aku duduk menghadap tembok-tembok pemisahan dan gedung-gedung kesenjangan sembari kuukur tangaku dan kusetubuhi diriku sendiri, aku dan diriku-diriku yang lain lagi, kami saling tuduh dan tindih, dan seperti kata-kata yang jatuh dari tong sampah ke tong sampah, keringat kami menjadi puisi, menjadi keluh dan desah, menjadi polusi yang berhamburan ke udara, kemudian kami hirup dengan seksama.

Dengar! Ini kota penyair, kotanya para pemikir dan nyinyir berpesta, saling bersulang dan melempar dusta, kau siapa?

Reski Kuantan; 07/05/2012


Penyair

ialah binatang buas
dan kata-kata adalah mangsa

ketika ia lapar
nalurilah yang bertindak.

Reski Kuantan; 31/01/2012



Puisi

Tuhan?

Tanpa judul
titik dan koma

Reski Kuantan; 30/01/2012

Cari

Arsip