Penyair yang satu ini, atau lebih tepat seniman yang satu ini, ah, puisinya yang satu ini, Wiji Thukul, pandai benar ia bertutur. Puisi Dua Matahari, begitu ia beri judul, sederhana atau mungkin sangat biasa-bisasa saja ia gunakan kata, diksi dan semacamnya itu kalau kata pesastra, dan saya sangat suka.
Begini puisinya:
Puisi Dua Matahari
suatu hari aku bertamu ke rumah paman matahari
tidak disuguhi apa-apa malah dia bercerita:
banyak Orang telah menjadi Manusia karena pernah
kubakar budinya dan kugosok-gosok hatinya dengan
Hikmahku
“aku juga ingin paman”
paman matahari senyum-senyum dan lantas tinggalkan aku
dengan cemas aku memburunya :
“pergi kemana paman?”
“katanya ingin jadi manusia...”
lenyaplah kemudian paman matahari
sejak itu aku belajar sendiri hampir putus asa
tapi tidak.
suatu fajar pagi paman matahari muncul kembali
“paman aku menemukan lagi satu matahari!”
“benar nak, itu adalah dirimu sendiri”
sejak itu aku hidup dengan dua matahari:
matahari yang muncul di setiap pagi
dan matahari yang ada di dalam diriku sendiri.