Warna Langit

Ia selalu ingin punya warnanya sendiri. Yang seperti warna langit katanya sembari menerawang ke atas sana. Kita ini burung bukan? Yang selalu ingin lebih tinggi lagi dan lagi. Tapi pulang juga ke ranting-ranting pohon kemudian.

Di sini aku sudah bahagia kataku. Menikmati bisik-bisik angin dan dingin dengan selalu memelukmu.

Kau takut? Tanyanya.

Tentu jawabku. Bukankah tak ada yang lebih ngilu ketimbang kehilangan dan melawan ingatan?

Usia kita jelasnya. Adalah tembok yang besar. Yang tak akan mampu kau dorong mundur. Ia akan terus tumbuh dan tumbuh. Terus bergerak bersama waktu.

Aku juga ingin warna seperti langit ungkapku. Agar selalu bisa memelukmu.

Reski Kuantan; 21/03/2014

Cari

Arsip