Puisi: Penantian, Jembatan, Langit, dll

Kepulangan Dari Jauh

Aku ingin bisa segera sampai ke lembab tanah dusunmu, cumbui rerumputan, menyentuh rumpun padi bergoyang, menembus kabut-kabut bukit barisan.

Perjalanan ini akan panjang, menelusuri lembah dada dan riak pandang. Di sana, lembab tanah dusunmu menunggu sembari bercerita tentang rindu, tentang kepulangan dari jauh.

Telah kukemas oleh-oleh, sekotak puisi dan sekantong gula-gula. Pada malam, akan kubagikan di merah pelita. Kemudian, aku akan menuang kisah di sulaman pandan tua, seperti pancuran menuang hujan ke dalam kula.

Padang;15/10/2010




Penantian


Betapa kemudian aku cuma dedaun di pucuk dahan
gamang dan kelelahan 
di tiap kapan hujan tiba-tiba datang senantiasa ada yang menikam
mungkin serupa musim tak diundang
berkabut dan panjang
kemudian angin
dingin di bulir-bulir ingatan

Apa penantian itu betul mesti selalu dibahagiakan
seperti menunggu kuning tubuh sebelum kemudian 
kucumbu lembab tanah dan rerumputan

Apa harus letih dan rindu jeda itu memang mesti selalu ditiadakan 
jika ternyata di ceruk mata melebam
di pandang merumpun kelam

Padang; 01/11/2010




Jembatan

Aku ingin membangun jembatan
dari matamu ke mataku 
lalu ke kalbu
di mana nanti semacam getar dan ingatan jalan melenggang
mungkin serupa gerak awan yang kemudian hujan

Jembatan itu akan kubangun kokoh
tiang-tiang dan palang saling beradu tanpa renggang
akan kubangun se kokoh genggam menautkan retak garis tangan

Jembatan itu pandang
gerbang segala ruang
tempat kau dan aku menemu tualang 
menyamakan jejak sembari berbincang tentang 
bagaimana aku hendak membawamu ke rongga terdalam 
dan tentang bagaimana kau ingin aku senantiasa merangkulmu sampai ke pejam

Padang;30/10/2010



Jembatan Siti Nurbaya

Lampu hidup padam
pandang adalah pelabuhan
aku hendak mengenal tuan
lalu memikul kapal ke seberang

Aku jenuh menjadi tiang
kisah suram atau hitam jagung panggang
aku hendak mengenal tuan
ikut serta kemudian pulang

Aku hendak mengenal tuan
duduk bercakap tentang perjalanan
tentang dingin dan potret malam
atau tentang pasang laut menyembunyikan jejak ke hilang

Padang; 23/10/2010



Cari Aku

Tak usah berhitung sampai sepuluh, cukup satu, kemudian cari saja aku. Aku tidak bersembunyi jauh, duduk berjuntai mungkin di alis matamu atau mungkin juga diam-diam di daun telingamu.

Hei, kenapa mencari ke sangat jauh? 
Padahal aku tidak ke mana-mana di kamu?


Padang; 10/2010




Langit
:Mentari Waruwu

Di malam, aku ingin duduk berjuntai denganmu di ranting paling luar, paling pucuk dari pohon. Kemudian, mengemas kabut ke dalam saku, bercakap-cakap sembari tergelak, membiarkan langit tertelan pandang.

Langit, ya, akan kuceritakan padamu tentang langit, biru kegelap gelapan. Akan kuceitakan pula tentang bintang membangun kota atau bulan yang entah mengapa belakangan di matamu senantiasa jadi purnama, dan aku ingin sekali saja mencurinya, menyimpan di dada paling semesta, akan kubiar purnama itu di dadaku berkelana, lalu membangun rumah.

Padang;15/10/2010

Cari

Arsip