Sajak Sebelum Kepulangan

Membaca 

Aku ingin jadi semacam hujan yang membikin kau jadi demam bermalam-malam. Kemudian mengigau memanggil-manggil namaku yang sedang membangun pelabuhan, pelabuhan di mana segala kangen dan keinginan kusinggahkan di tepian batinmu yang serupa kitab hujan, kitab yang tak pernah tamat kubaca dan senantiasa membikin aku tenggelam dari halaman ke halaman, membacamu sama hal dengan menebak-nebak rentang kehidupan, rentang yang selalu dirahasiakan.

Padang; 10/01/2011



Ia Sedang Membangun Benteng
:Niar & Uly

Ia sedang membangun benteng, anak angin meruncing, menyiasati dingin, berlepasan serupa segerombolan burung pipit, terbang dan hinggap di renung, rentang ingatan dan degup jantung.

Kudengar getar suara, mengandung derit gerbong tua atau semacam mengidap demam dan bunyi tualang yang tak beraturan, berjalan, berputar, kemudian singgah di suatu lembah, mengecupi juntai bunga-bunga, jadilah kesepian sebentuk warna, dan ia doa-doa.

Teluk Kuantan; 21/01/2011




Aku Ingin Jadi Lelaki Yang Semalam Menunggumu Di Seberang Jembatan 

Aku ingin jadi lelaki yang semalam
menunggumu di seberang jembatan
menyimak kau sedang meniti pelan
sembari meneguk liur yang masam

Katamu jembatan ini seutas benang
benang yang terentang panjang dan tajam

Aku ingin jadi lelaki yang semalam
mengemas bulan dan bintang-bintang
serupa melipat cemas dan gamang
menunggumu di seberang jembatan

Padang; 10/01/2011




Seperti Angin dan Dingin
 
Seperti angin dan dingin
barangkali kita memiliki rasa ingin
kau sentuh ke aku
dan aku sentuh ke kau
semacam saling menitip perjumpaan
atau saling mencubit sampai lebam

Padang; 10/01/20



Sajak Sebelum Kepulangan
:Ella Julianty

Ini hari akan kutempuh perjalanan pulang, kutitip debar dadaku di debar dadamu, nanti, di ketidak adaanku di sampingmu, kau dengarlah malam-malam bunyi angin, atau kau pandang-pandanglah langit remang, bulan, bintang, dan pucuk-pucuk kelapa yang bergoyang, lalu berbincanglah dengan sanubarimu, ejakan pelan-pelan rupa rind, percayalah, apapun itu, aku senantiasa merasakan hal yang sama.

Di larut, tidurlah kau selayaknya semasih di sebelahku, tidurlah sayangku, tidurlah seumpama kau sedang mendengar lantunan lagu dari degup jantungku, tidurlah di mana mimpimu dan mimpiku pasti bertemu, doa terbangkanlah umpama kupu-kupu jelita mengecupi pundak-pundak bunga, doa siaratkanlah sesampainya pertemuan kembali melanda kita, doaku adalah kau yang tak pernah sempat sekalipun lepas dari kata, doaku adalah kau yang selalu hidup dan berkelana di lembah dada, dan keterjarakan hanyalah semacam jalan yang aku dan kau mesti beri nama, rindu yang tak pernah mungkin meniada.

Padang; 11/01/2011




Kepada Sahabat Yang Serupa Sepasang Sayap Kupu-kupu 
:Randy Arfi & Desi Ernawati

Aku melihat di kalian cuaca
sedang pecinta
di mana hujan menyentuh kelopak bunga-bunga
dan kalian kupu-kupu yang jelita
sepasang sayap penuh corak dan warna 
terbang sembari menyanyikan
lagu merdu sejelang senja
na ra na na na hey ya

Di retak garis tangan 
dan mata yang saling berjumpa
usia muda dan esok lusa 
adalah perjalanan yang gembira
kita mesti ke sana
melangkah ciptakan nada-nada
melenggang mengeja cerita
simpan dan tuang di masa tua
sekali lagi nyanyikan lagu cinta
na ra na na na hey ya

Padang; 10/01/2011




Di Keterdiaman 

Jika ternyata di keterdiaman 
kita bisa saling bersentuhan
maka aku ikut kau membentuk-bentuk diam
diam-diam yang bergumpalan
tapi aku benci semacam kesepian
kesepian itu seumpama bilah bambu yang tajam
patah melambai dan tumbuh bergoyang-goyang
sayup sampai memotong-motong ingatan.

Padang; 10/01/2011

Cari

Arsip