Bening matamu, suatukali
kucari seberapa aku ada
Sudahlah ini malam
namun merintik embun-embun
dan kusaksikan lenteramu
menolak padam
pada temaram badai merajam
Betapa lalu kutangkap ngilu
di kedip ada petir kau adu
"hei, akhirnya hujan,
hujan di lembah dadaku
dari retak garis tanganmu"
dan dentinglah senyap sebunyi derit besi padu
Didamba lenganmu membawa pagut
juga tari para rumput
tarian kalut, berbasah arti
hujan yang aduh
seberkas kuraih, kuku-kuku jemarimu
menjentik belai rambut tukang teduh
para keakuanku yang memusim bandang
Masih sama gapai tak sampai
kalimat tak tunai
sayup sayap kuyup
mengepak di kau atau malah
aku yang meredup
kemudian di sekian perhentian menyiasati gelut
:aku dan kau beringsut ke masing takut
Oleh: Afrilia Utami & Reski Kuantan
Jakarta-Teluk Kuantan; 20/01/2011