Kunanti Kamu
Sejak tiga jam lampau aku telah di sini, di simpang tersunyi, menceraikan jari-jariku yang tiba-tiba kadang berjalin sediri.
Sejak tiga jam lampau aku telah di sini, di simpang tersunyi, menceraikan jari-jariku yang tiba-tiba kadang berjalin sediri.
Dua lelaki cilik dan satu perempuan kecil, menepuk gendang menampar kecrekan mengamini rupa gelisahku, merah, kuning dan hijau, saling berebut di tiang berdebu, kenapa tak ada biru, sedang di aku begitu haru, rindu yang menggebu, di mana kamu?
Orang-orang lalu lalang, berburu-buru, dicambuk waktu, saling menikam di punggung panggung. Dan detik-detik yang mencekik, tik satu, tik dua, tik tiga, tik ke lima puluh yang sudah entah ke berapa, terhadap penantian jarum-jarum jamku patah, putaran-putaran yang resah.
Orang-orang lalu lalang, berburu-buru, dicambuk waktu, saling menikam di punggung panggung. Dan detik-detik yang mencekik, tik satu, tik dua, tik tiga, tik ke lima puluh yang sudah entah ke berapa, terhadap penantian jarum-jarum jamku patah, putaran-putaran yang resah.
Sudahkah kamu terima pesanku semalam? Kunanti kamu di tiap persimpangan kota yang berjalan timpang.
Padang: 14/12/2010
Padang: 14/12/2010
Sebait Sajak Untuk Kekasih
Aku melihat kau adalah kunang-kunang, kunang-kunang yang bintang, bintang-bintang yang tiada pernah padam. Di dunia dadaku, kau hidup dan terbang, terbang serupa malaikat sembari melantunkan syair tentang rindu-rindu yang pekat, atau barangkali kau betul-betul memang malaikat, malaikat bersayap, malaikat bermata nyala dan bulat, mata yang selalu kuingat dan ingin kulumat.
Padang; 15/12/2010
Sajak Yang Aku Tulis Diam-diam Seusai Pulang Dari Pantai Padang
Aku ingat ombak pantai padang atau sajak kepulangan kita yang diam, aku ingat tiang-tiang berlampu padam atau langit kelam dan kita yang sama-sama berpura-pura mencari bintang, cuma agar kemudian bisa saling mencuri pandang.
Betapa ketika itu aku ingin bisa bertukar tubuh denganmu, biar kau tahu bagaimana degup jantungku, biar kau tahu bagaimana jari-jemariku ingin bisa menyetuh punggung telapak tangamu atau biar kau tahu betapa aku ingin bisa menjadi debu, supaya sekedar bisa hinggap di helai-helai rambutmu, betapa kau harus tahu bahwa betapa aku ingin bisa ketika itu kau tahu bahwa batapa aku mencintaimu dengan sunguh-sungguh, dengan sangat sunguh-sunguh.
Pantai padang, tepian yang pasrah ditubruk gelombang atau payung-payung yang gigil menyembunyikan demam, tak ubah seperti dadaku atau kepalaku yang diam-diam sedang membentuk atau mulai merentang ingatan, dan di segala pandang, di segala diam, di segala debar kau senantiasa kutahta simpan.
Padang; 15/12/2010
Perantau dan Ingatan
Jalan-jalan depan dan samping rumah, atau pekarangan yang penuh bunga, kandang burung balam kita, aku ingat semua, semua tertata simpan di ruang dada, di mana kamu hidup dan selalu mengajakku bergelut, kadang juga membikin aku tiba-tiba takut, kadang membuatku beringsut pada petak-petak sawah atau benih-benih yang tak sempat kita panen bersama. Aku selalu mencintai ingatan, sebab di ingatanku ada kamu.
Kamu, di kampung halaman, entah sedang apa sekarang, barangkali berdoa atau sedang merutuki perang. Ya, aku dan perang, kota adalah medan perang yang garang, segala macam senapan siap terkokang, sangkur yang diam-diam menyimak dari belakang. Sayang, seperti orang kata, kota adalah rimba yang garang, penuh serigala berbulu domba atau domba yang berpura-pura jadi macan. Dan aku perindu yang selalu berjuang terhadap ingatan.
Padang; 16/12/2010
Taluk Kuantan
Di sungaimu yang meliuk mengalir menembus sukma, segerombolan harapan datang tawarkan riak-riak yang mendekam, di langkahmu yang memendam curiga dan tawa kecil para bocah yang asyik berenang di bentangan Batang Kuantan, taburkan sedikit cerah dari cerita tambang dan pohon tumbang yang liar di mana mana.
Teluk kuantan; 24/08/2008
Jalan-jalan depan dan samping rumah, atau pekarangan yang penuh bunga, kandang burung balam kita, aku ingat semua, semua tertata simpan di ruang dada, di mana kamu hidup dan selalu mengajakku bergelut, kadang juga membikin aku tiba-tiba takut, kadang membuatku beringsut pada petak-petak sawah atau benih-benih yang tak sempat kita panen bersama. Aku selalu mencintai ingatan, sebab di ingatanku ada kamu.
Kamu, di kampung halaman, entah sedang apa sekarang, barangkali berdoa atau sedang merutuki perang. Ya, aku dan perang, kota adalah medan perang yang garang, segala macam senapan siap terkokang, sangkur yang diam-diam menyimak dari belakang. Sayang, seperti orang kata, kota adalah rimba yang garang, penuh serigala berbulu domba atau domba yang berpura-pura jadi macan. Dan aku perindu yang selalu berjuang terhadap ingatan.
Padang; 16/12/2010
Taluk Kuantan
Di sungaimu yang meliuk mengalir menembus sukma, segerombolan harapan datang tawarkan riak-riak yang mendekam, di langkahmu yang memendam curiga dan tawa kecil para bocah yang asyik berenang di bentangan Batang Kuantan, taburkan sedikit cerah dari cerita tambang dan pohon tumbang yang liar di mana mana.
Teluk kuantan; 24/08/2008