Puisi: Sejak Dua Lima September Tahun Silam, Batang Sungai

Sejak Dua Lima September Tahun Silam

Barangkali seperti abjad-abjad di halaman koran atau dingin di batang-batang hujan, aku mengeja pelan-pelan tak tik tuk detik jarum ingatan, sepasang tangan dan gemerisik gelang-gelang atau kusebut saja tali penjerat atau benang kusut yang panjang, begitulah sejak dua lima september tahun silam kau menyerangi tiap kesepianku yang mengidap macam-macam demam.

Di kalender angka jatuh pelan-pelan, serupa gerimis di jalan-jalan pergi pulang dan nakal angin di pantai Carolin Padang dua lima september tahun silam, aku menunggumu di tiap ombak, pohon kelapa melagukan musim gigil dan laut tiba-tiba menjadi garang, badai, degup jantung kencang juga gamang acap datang, dan ranjang menjadi sebentuk medan perang, antara aku, kau dan genangan selepas perjalan.

Teluk Kuantan; 20/01/2011

Batang Sungai

Aku merasai kau batang sungai di malam lengang, tepian semak dan kunang-kunang, tik tak tik tak pukul dua lewat empat lima ini kesendirian mekar bunga, segar bau ganja serta bulan di air pecah mata, aku memaknai kau semacam tuba, ujung kesemua ngilu bermuara.

Subuh masih jauh, angin mengabar sentuh “di suatu musim, di mana malam selalu datang tak terduga dan pulang tiba-tiba, pujangga adalah bahasa, pencinta dan pendusta” ini waktu jadi haru, melankolis suasanai penungguanku, segala jadi macam bisu, meliuk menempuh, mengalir ke serba kau yang jauh.

Teluk kuantan; 18/01/2011

Kesepianku Adalah

Kesepianku adalah sepasang bocah lucu
yang menyembunyikan merah putih ke dalam saku
sembari menyanyikan lagu pelangi-pelangi

menunda lapar
memetik gitar

menghibur diri sendiri

Dan aku adalah ayah yang baik
terhadap anak-anakku
tetapi kekasih yang buruk untukmu

Mencintaiku
kamu mesti punya keberanian
seperti aku memelihara kesepian-kesepianku
atau seperti kebingungan-kebingungan
di negeri kita yang melingkar dan panjang
karena di sini cinta kita 

adalah modal-modal dagangan
dan gombal-gombal panggung pertunjukan

Padang; 29/12/2010