Barangkali kau ratu Zenobia atau Cleopatra, atau jangan-jangan kau Drupadi, kau mampu menghisap hasrat lelaki di tubuhku yang hidup Panca Pandawa, tapi kutolak kekeliruan Yudhistira meski sebetulnya terhadapmu aku sedang berjudi, mempertaruhkan sekujur usia diri.
Selalu aku ingin dapat tersesat di remang-remang bulu tubuhmu, hanyut di biru urat-urat lehermu atau sekedar dapat menggigit kulit perutmu, lalu berangsur-angsur tenggelam di kiri kanan ruang dadamu, dan aku selalu membayangkan dari rahimmu berhamburan ruh-ruh kehidupanku.
Pernah sempat aku hampir gila dan bahkan berulang-ulang tertipu membaca kalender waktu, sel-sel ingatan di kepalaku seperti telah diracuni padu kangen terhadapmu, kangenku senantiasa menggebu, menciptakan tsunami dahsyat serta segala macam bencana di dalam batinku.
Padang; 06/02/2011
Menunggu Perjumpaan
Aku menulis sajak serupa isyarat gigil dari dingin dan di ujung pantai burung-burung meciumi karang, ombak datang sepasang sayap mengepak ke dalam kenangan, sajakku putus-putus di keruk kecemasan.
Aku ingin dapat duduk berdua denganmu, bercerita tentang langit dan kupu-kupu atau tentang decit roda kereta serta tentang gerbong-gerbong tua yang melukai ingatan. Ingatanku barangkali memang serupa kereta tua, bergerak lamban dan sangat lama.
Dan kau penumpang yang gelisah, menunggu perjumpaan adalah gemetar urat leher di kilau tajam mata pisau, barangkali kita sedang karam sama-sama, kau di ceruk mata dan aku di lembah dada.
Padang; 05/02/2011
Merasai Cinta
Di lain perjumpaan aku memendam debur ombak di debar dadaku dan batang-batang di kelopak sepasang bola matamu sengaja memancing-mancing kegilaanku, selalu rindu jadi siaga serupa di pangkal pacuan kuda dan aku tak tik tak tik tuk suara di derai langkah.
Aku ingin dapat duduk berdua denganmu, bercerita tentang langit dan kupu-kupu atau tentang decit roda kereta serta tentang gerbong-gerbong tua yang melukai ingatan. Ingatanku barangkali memang serupa kereta tua, bergerak lamban dan sangat lama.
Dan kau penumpang yang gelisah, menunggu perjumpaan adalah gemetar urat leher di kilau tajam mata pisau, barangkali kita sedang karam sama-sama, kau di ceruk mata dan aku di lembah dada.
Padang; 05/02/2011
Merasai Cinta
Di lain perjumpaan aku memendam debur ombak di debar dadaku dan batang-batang di kelopak sepasang bola matamu sengaja memancing-mancing kegilaanku, selalu rindu jadi siaga serupa di pangkal pacuan kuda dan aku tak tik tak tik tuk suara di derai langkah.
Di lain malam kau adalah gairah yang tak sudah-sudah menggauli tidurku yang berkali-kali jadi binasa dan aku mencium bau kamboja atau basah kayu sungkai di usia kita yang hei mendadak tua tapi masih saja gagap terhadap merasai cinta.
Di lain ketika, kadang-kadang aku mendadak takut, sebab barangkali kita tidak bakalan sama-sama menangisi kematian, melainkan menggali makam dan mengukir nama nisan sendiri-sendiri atau mengenang-ngenang perjumpaan di lain malam sembari meremas-remas hati.
Padang: 05/02/2011
Yang Tumbuh Cantik
Yang tumbuh cantik adalah waktu, kau kuncup-kuncup hujan yang bermekaran, aku ingin merasai kau serupa sentuh dingin di badan angin dan kita meninggalkan pesisir yang dilukai ombak, berlayar ke langit lebih luas, menanam satu bintang yang kelak kita tuai di retak garis tangan, ketika kita telah sampai pada suatu ketika yang tak pernah sempat kita duga, aku ingin membangunkan kau sebentuk rumah, di mana halaman bunga dan bungkusan kecil di hari bahagia.
Padang; 05/02/2011