Puisi: Jika Tidak Pulang Hari Ini

Jika Tidak Pulang Hari Ini 

Barangkali esok adalah keterlambatan yang berulang dan hampir di tiap malam aku membayangkan dengan mata tuamu kau sedang membaca buku atau memandang-mandangi album masa lalu, sesekali menulis sajak rindu yang panjang di bangku kayu tepi kolam belakang.

Bangku kayu, dulu pernah di situ sebelum keberangkatan yang jauh kau tersedu memanen air-air mataku dan aku bertanam-tanam cemas di dadamu, kataku serupa angin seusai ini aku akan selalu mengunjungimu, dan katamu seumpama nasib kabut di usai subuh biarlah aku menggauli tunggu.

Teluk Kuantan; 31/01/2011



Hom Pim Pa

Di jendela, kaca bening dan basah, di luar hujan menyentuh dedaunan kamboja, kuning hijau dan merah belang cerita, dari mata pacar kutangkap kabar, hom pim pa dan siapa yang kalah? Di batu nisan rindu namanya.

Ini senja yang manis, hujan jadi gerimis, kesepian serupa tentara berbaris, menembak detik renung berbisa, dari mata pacar kutangkap dilema, hom pim pa ciuman pertama siapa punya? Di ingatan asin rasanya.

Dingin hujan mencubit kulit, ke tulang menjetik sakit, garis bibir bertemu gigit, garis tangan dipecah simpang, di mata pacar kutangkap gamang, hom pim pa hey siapa bisa menerka? Pertaruhan ini cemas bertuba.

Teluk Kuantan; 28/01/2011




Di Telapak Kakinya

Di telapak kakinya tumbuh
surga bertingkat-tingkat
tapi
mak selalu berjalan dengan kuat
tanpa keluh semacam aduh
tapi
senantiasa kesah semacam doa
serupa air mata
menganak sungai mula-mula 
lalu jelma telaga
aku seekor angsa mungil berenang
timbul-tenggelam di dalamnya

Teluk Kuantan; 30/01/2011



Cemas Tumbuh 

I
Ceruk mataku lebam warna malam, kesedirianku adalah kau yang mendadak remang serupa putus bola lampu di dahan dan sekian burung pungguk tumbuh di urat kepalaku, berterbangan ke kau terang bulan
sembunyi diam-diam.

Ini sabtu yang sendu dan minggu tunggu-menunggu yang sembilu.

II
Memeram rindu dan bau tubuhmu masak dari jarak yang kita tanak, terhiruplah segala macam senyap yang mengidap dering handphone kehilangan bunyi atau detik yang berdetak keliru di secangkir puisi.

Kataku ini hari yang bisu dan isyaratmu jangan tunggu kabar jauh.

Teluk Kuantan; 29/01/2011




Romansa di Wajah Kota

Aku kanak-kanak pemikul nyanyian dan kau penggusuran pedagang, kita umpama pendatang, bertamasyahlah di biru urat leherku dan akan kutempuh ketuk-ketuk gaduh jantungmu, buka pintu, kita turis dari jauh, simpan keluh dalam saku, cium bibirku kemudian telan. 

Awas bunyi kancing lepas, di seberang ada petugas, ingat dompet kita lipatan cemas, segera saja bercinta denganku di taman, di sela putik bunga yang patah sebelum ngembang, sebab gubuk kita tumbang ditindih gedung menjulang. 

Hey, astaga, susumu susu pabrikan, made in China atau Jepang?

Teluk Kuantan; 28/01/2011

 


Pasar Lumpur 

Pasar di kotaku 
pasar lumpur penduduk beri nama
kalau hujan tiba
siapa ke pasar membajak becek tanah
di sini dahulu sawah petani
kerbau dan bangau menumpang mandi

Pasar lumpur pasar di kotaku
korban gusuran pasar bawah
kata tuan-tuan demi tata kota
taman air mancur dan segala macam bunga

Kalau hujan tak reda-reda
pasar lumpur jadi telaga
pembeli takut basah
lintah-lintah cari darah
pedagang sesak nafasnya

Teluk kuantan; 29/01/2011

Cari

Arsip