Semacam Sepi Tali Jemuran
Yang meninggalkan sepi semacam tali jemuran di musim hujan dan demam di badanku, hari ini aku menjadi sebatang penanti yang tumbuh melingkar, merasai waktu paling hambar serta menghirup udara bertuba, mengepung nama-nama di dalam dada dan kau di mana?
Di pucuk paling jauh, semisal simpul yang tak kunjung bertemu atau alamat yang tak juga sampai dan aku selalu terserang badai, badai dari berkilo-kilo keterbiasaan yang tak lagi tertempuh, badai dari ketakutan ruhku dan malaikat duduk bersimpuh siaga menampar usia di ubun kepalaku, prak ketiprak ketipung dan berhamburanlah ragam kecemasanku, apa kau tau?
Padang; 28/02/2011
I
Di pucuk paling jauh, semisal simpul yang tak kunjung bertemu atau alamat yang tak juga sampai dan aku selalu terserang badai, badai dari berkilo-kilo keterbiasaan yang tak lagi tertempuh, badai dari ketakutan ruhku dan malaikat duduk bersimpuh siaga menampar usia di ubun kepalaku, prak ketiprak ketipung dan berhamburanlah ragam kecemasanku, apa kau tau?
Padang; 28/02/2011
Tentang Pakaian-pakaian Di Lemari
I
Tentang pakaian-pakaian di lemari, ada yang melipat jarak, ada pula yang sepi sendiri-sendiri
dan ingatan adalah jahitan-jahitan yang putus bertanggalan, semacam seseorang yang berdiam di dalam kepala, menunggu giliran dimakamkan usia.
II
Aku selalu berdoa terhadap Tuhan, agar hari ini aku yang kau buka dari lipatan dan kancing pasangkan ke tubuhmu, sama hal seperti sekian macam keinginanku lainnya, cuma agar aku senantiasa bisa mengusap debar dadamu atau memaknai gerak gerik pinggulmu, ke mana hari ini kau akan membawaku atau seberapa ingat kau terhadap pelukanku.
Padang; 25/02/2011
dan ingatan adalah jahitan-jahitan yang putus bertanggalan, semacam seseorang yang berdiam di dalam kepala, menunggu giliran dimakamkan usia.
II
Aku selalu berdoa terhadap Tuhan, agar hari ini aku yang kau buka dari lipatan dan kancing pasangkan ke tubuhmu, sama hal seperti sekian macam keinginanku lainnya, cuma agar aku senantiasa bisa mengusap debar dadamu atau memaknai gerak gerik pinggulmu, ke mana hari ini kau akan membawaku atau seberapa ingat kau terhadap pelukanku.
Padang; 25/02/2011
Begitulah
Gerak derit daun jendela mengajak kedip sepasang bola mata yang saling pergi jauh dan aku selalu melihat kau, semacam alamat lenggang atau kapal-kapal yang mencari jalan pulang, ada yang memuat nasib dan karam seorang, tenggelam pula seorang, merasai sendi paling gemetar terhadap ingatan.
Dan di belakang pintu, aku seolah menatap sesuatu, tahun-tahun yang tergantung menunggu tanggal mencuri usiaku, dan di bawah bantal kuselinapkan ngilu betapa tiap kali tiba-tiba mencium aroma garam di rambutmu, memecahkan tidurku.
Begitulah malam-malam kuhabiskan, merasai jarum-jarum jam menggorok urat leherku dan kau patuk detik yang debar memenuhi segenap dadaku.
Padang; 24/01/2011
Dan di belakang pintu, aku seolah menatap sesuatu, tahun-tahun yang tergantung menunggu tanggal mencuri usiaku, dan di bawah bantal kuselinapkan ngilu betapa tiap kali tiba-tiba mencium aroma garam di rambutmu, memecahkan tidurku.
Begitulah malam-malam kuhabiskan, merasai jarum-jarum jam menggorok urat leherku dan kau patuk detik yang debar memenuhi segenap dadaku.
Padang; 24/01/2011
Sayang, malam di sini begitu diam, asing ketimbang biasanya dan aku tiba-tiba ingat kupu-kupu cokelat tadi siang di jari manisku, aku tidak menangkapnya, ia hinggap sendiri dan aku tidak mengerti mengapa, orang-orang dulu bilang itu pertanda bakalan ada seseorang datang, semisal orang paling dirindu, aku ingin sekali percaya, berharap itu kau kekasihku, lelap kemudian di dadaku.
Belakangan, aku mulai menyadari sangat tidak akrab dengan kata, dengan bahasa, dengan segala macam sajak yang kutiba-tiba rasa tidak akan pernah sanggup mengutarakan bagaimana aku merasai semua bentuk cara rindu menimpakan diri padaku, ke kau kekasihku. Dan betapa lalu di tiap semenjelang tidur yang tidak benar-benar tidur, sebab acap terjaga dan ingat kau tiba-tiba, aku berdoa terhadap Tuhan, moga setidaknya di mimpi kita diperjumpakan.
Padang; 23/02/2011