Puisi: Aku Selalu Ingin Segera Sampai Padamu, dll

Prasangka

Kita seringkali keliru menebak bahasa mata atau semacam kita saling gagap merasai duka, betapa seringkali kita sama-sama salah melunasi sepi yang entah kenapa malah seperti dengan sengaja kita pelihara cuma agar terus dapat untuk saling mengisi, dalam prasangka yang tiada henti.

Padang; 10/04/2011



Barangkali Aku Sedang Gila 

Aku selalu pura-pura mencari sesuatu di seberang matamu cuma sekedar untuk dapat menyelinapkan sedikit jiwaku ke dalam kepalamu, mungkin untuk kau kenang-kenang menjelang malam yang bikin kau tenggelam, dan barangkali saja aku kau baca berulang-ulang dari sekian penanggalan yang telah kau rencanakan di tiap akhir pekan.

Garis-garis tipis di bibirmu, aku selalu berharap bisa menjadi madu yang kau jilati pelan-pelan dan kemudian berdecak serupa membaca sajak kangen yang bertingkah melawan waktu di debar degup dada yang entah kenapa selalu saja merasa seperti sangat perlu kau sentuh atau tulis sesuatu dengan ujung-ujung kuku dari jari-jari kecilmu.

Betapa senantiasa aku berdoa atau barangkali gila bila tiba-tiba kepingin dapat meski sekedar membaca jalur urat-urat biru di leher dan pangkal pahamu, kadang aku mebayangkan jadi bocah kecil menaiki roller coaster di sepanjang jenjang pinggulmu yang umpama nyanyian gelombang di samudera dan kita sama-sama berdayung ke yang tak pernah terkata terkecuali desah aduh, peluh dan lenguh.

Padang; 08/04/2011



Pipi Merah Jambumu dan Jari-jari Kecilku
:Afrilia Utami

Pipi merah jambumu dan jari-jari kecilku, kapan nanti telah menuai temu serupa usia berjumpa waktu bakalan ada cerita paling geli atau debar yang lucu, sama seperti bahasa kita selama ini yang sering kita perbincangkan dengan keliru dan pada akhirnya kau atau aku sama-sama merindu terhadap haha hehe meski padahal cuma sekedar pengantar kantuk sebelum mimpi mencuri kita ke lain hari.

Surat-surat singkat yang kemudian kita sebut dengan sajak, betapa selalu serupa menghirup aroma akar rambut yang terus tumbuh dan mulai berubah warna, lalu aku atau kau terbiasa menulis nama di tiap tanggal merah, berdoa hari ini tiba-tiba jumpa menghirup udara di ladang yang sama, ladang pelangi dengan aroma getah pohon cendana dan sedikit tangkai-tangkai hujan yang selalu kau minta agar aku baca pelan-pelan dan kemudian sama-sama membikin tenggelam ke dalam dada.

Padang; 07/04/2011



Meja dan Kursi-kursi 

Bertahun-tahun sudah meja ini membikin jarak di antara kita dan kita selalu saja masih memilih duduk berseberangan, sama seperti kita yang selalu terseret-seret dalam diri sendiri dan kemudian selalu mengajak keadaan berperang atau seperti kita yang selalu saja seperti dengan sengaja menjebak diri terhadap janji-janji.

Padang; 07/04/2011



Aku Selalu Ingin Segera Sampai Padamu 

Aku selalu ingin segera sampai padamu, seperti dulu melagukan nyanyian yang paling kita gemar lantunkan sembari terus kukadukan kecemasan-kecemasan di lengan tangan kananmu sebelum tertidur dan kau senantiasa berjaga marasai betapa hangat dua kelopak mataku di retak garis bibirmu.

Malam-malam kecil kita yang di curi waktu, betapa sekarang di negeri ini, negeri dengan segala gamang dan jalan-jalan yang tumbuh bercabang, senantiasa kupanggili namamu serupa doa moga mimpi indah atau tidurlah yang lelap, oh sayang, selalu saja orang-orang, benda-benda, cerita-cerita serta semua macam hal mengajakku ke masa denganmu, masa paling bergenggam di sekujur hidupku.

Kucari kau, di lorong-lorong, kolong-kolong, gedung-gedung, panggung-panggung, rintih-rintih dan tangis generasi yang tertinggal dalam mimpi, tak kujumpai kau bahkan jejak pun tak tertemui.

Padang; 05/04/2011



Tanggal Kelahiran
:Nu

Malam gugur satu-satu, sepasang semut jalan beriring, kenapa belum tidur? Ada gula di bibir seseorang, sajak serupa madu, oleh-oleh kecil dari tahun-tahun berlalu, sekarang tanggal kelahiran, doa-doa menjadi hujan dan lihat ia mulai menghitung bunyi tik, tik, tik dan detik-detik terus berlari meninggalkan semacam lagu pengantar mimpi.

Ia mulai merasai dingin, jari-jari kecil menjamah kain, dengar ibu, sekarang aku mulai dewasa dan usia selalu memberi cerita tak terduga, dalam dada ia sembunyikan nanyian pengembala di ladang rumput, nada-nada merdu simpang garis tangan, harum peluh ia bertanam, matanya terus mengintai hari panen, moga esok senantiasa baik dan semacam aroma bunga di musim buah berputik.

Padang; 04/04/2011

Cari

Arsip