Nun, keretamu telah lama pergi, di stasiun ini aku masih merasai kau duduk membaca buku sembari menunggu-nunggu kepergian yang jauh dan di malam-malamku, di sepi yang mewakili dirimu kurupa doa yang cantik, doa dengan sepasang sayap lentik, selentik bulu matamu yang dulu genit menggodaku.
Nun, aku terdiam di depan jam tua, jam yang bertahun-tahun sering aku lupa siapa bertanam di detik-detik yang terus mengejar kaki-kaki kecilku, sekarang aku telah dewasa, aku tak lagi suka berpura-pura bisa membaca cuaca.
Nun, keretamu telah lama pergi dan aku selalu menunggunya kembali, aku pun segera ingin berangkat seperti kau, tunaikan rindu, janji kita di rahim ibu.
Padang; 17/03/2011
Masih Nun
Nun, aku terdiam di depan jam tua, jam yang bertahun-tahun sering aku lupa siapa bertanam di detik-detik yang terus mengejar kaki-kaki kecilku, sekarang aku telah dewasa, aku tak lagi suka berpura-pura bisa membaca cuaca.
Nun, keretamu telah lama pergi dan aku selalu menunggunya kembali, aku pun segera ingin berangkat seperti kau, tunaikan rindu, janji kita di rahim ibu.
Padang; 17/03/2011
Masih Nun
Nun, malam ini aku melipat badan dan dua ekor kupu-kupu saling buru memutar bola lampu di kamar, aku jadi ingat suara jantungmu, jadi ingat hujan dan perjalanan kita yang canda atau tawamu yang jatuh di percakapan kita tentang kepulangan yang lebih dulu kau tempuh.
Di sini, Nun, aku selalu baik-baik saja dan kebiasaan kita memandang dari satu jendela ke berbagai arah masih kulakoni, selalu seperti ada kau memelukku dari belakang, selalu seperti ada kau membelai-belai rambutku yang makin panjang atau sekedar menciumi bahuku yang belakangan suka tiba-tiba gemetar dengan dada berdebar, entahlah, aku ingat kau, Nun, sangat.
Padang; 18/03/2011
Aku Melihat Kau
Di sini, Nun, aku selalu baik-baik saja dan kebiasaan kita memandang dari satu jendela ke berbagai arah masih kulakoni, selalu seperti ada kau memelukku dari belakang, selalu seperti ada kau membelai-belai rambutku yang makin panjang atau sekedar menciumi bahuku yang belakangan suka tiba-tiba gemetar dengan dada berdebar, entahlah, aku ingat kau, Nun, sangat.
Padang; 18/03/2011
Aku Melihat Kau
Aku melihat kau, memetik detik lagu gamang di simpang-simpang lampu merah, mehitung lipatan kulit, mengusap mata dimakan usia dan aku masih kekasih yang buruk terhadap airmata serupa pilu orang-orang tua, miskin dan kanak-kanak terlantar tanpa pendidikan, sedang ke mana kita?
Bahasaku kekasih, sia-sia memanggilmu belaka atau sekedar entah, dan kau barangkali cuma pura-pura mengerti, malaikat duduk manis di bahuku, berjuntai kaki sembari meniupkan seruling Tuhan dan kita mesti menyamakan retak garis tangan, mengajak negeri ke musim-musim yang kita ciptakan sendiri, sementara kau migraine, aku sakit kepala, kita selalu berperang dengan keadaan sendiri-sendiri.
Aku selalu membayangkan, kelak cucu-cucu kita bakalan makan beras sendiri, lebih cerdas dan lebih berani, ketimbang kita kekasih, yang sekedar sembunyi menghirup nikmat kopi kemudian menulis puisi, padahal tidak mengerti dan bahkan tidak merasai.
Padang; 07/03/2011
Tali Sepatu
Ia masih terus belajar mengikat
tali sepatu dengan benar
sebab pernah dulu ia terjatuh
terinjak tali sepatu sendiri
yang tiba-tiba terlepas
Padang; 06/03/2011
Bahasaku kekasih, sia-sia memanggilmu belaka atau sekedar entah, dan kau barangkali cuma pura-pura mengerti, malaikat duduk manis di bahuku, berjuntai kaki sembari meniupkan seruling Tuhan dan kita mesti menyamakan retak garis tangan, mengajak negeri ke musim-musim yang kita ciptakan sendiri, sementara kau migraine, aku sakit kepala, kita selalu berperang dengan keadaan sendiri-sendiri.
Aku selalu membayangkan, kelak cucu-cucu kita bakalan makan beras sendiri, lebih cerdas dan lebih berani, ketimbang kita kekasih, yang sekedar sembunyi menghirup nikmat kopi kemudian menulis puisi, padahal tidak mengerti dan bahkan tidak merasai.
Padang; 07/03/2011
Tali Sepatu
Ia masih terus belajar mengikat
tali sepatu dengan benar
sebab pernah dulu ia terjatuh
terinjak tali sepatu sendiri
yang tiba-tiba terlepas
Padang; 06/03/2011
Meja Makan
Bahkan meja ini pun akan kusalahkan, sebab telah bertahun-tahun ia membikin jarak di duduk kita, padahal aku selalu kepingin merangkul atau dapat berdempetan denganmu, bahkan saat sekarang, saat bersantap hidangan.
Aih, betapa mata terang bulanmu di seberang ingin bisa bulat-bulat kutelan.
Padang; 06/03/2011