Bulan, bintang, malam, semua renung telah jauh-jauh di sana dan aku melihat mata seseorang dari timur memanjat bukit barisan, berkelok menelusuri jalan pulang, kabar ibu sedang duduk di jenjang, mata berlinang, tangan terkepal dan ia selalu lupa ini tahun keberapa tak pernah ia kunci lagi pintu rumah sejak pernah ia menyimak derai langkah menyeberangi lembah-lembah.
Potret masa silam, sepasang tangan, rentak kaki kecil seseorang selalu mendegupi jantung lemahnya, ia bernyanyi tentang ladang kupu-kupu dan bunga-bunga, doa-doa, segala macam rindu melaut, haru pasang surut, menyungai mencari muara dada, aku mendengar angin, di ubunya malaikat bermain, waktu-waktu retak membaca garis tangan, segala bahasa dan tangis serupa cuaca, sebentar cemas sebentar reda, ia selalu lupa ini tahun keberapa seseorang ia tunggu mengusap matanya.
Padang; 23/03/2011
Aku Ingin Jadi Waktu
Aku ingin jadi waktu, menembus ruang-ruang di dadamu, tumbuh di urat-urat rambutmu, masuk ke semua sel-sel kepalamu, cuma agar senantisa bisa hidup denganmu.
Lalu kita akan terus sama-sama, kau mendengar keluhku dan aku menghisap tangismu.
Padang; 21/03/2011
Daun-daun Tua di Pohon Berbisik Pada Ranting
Kelak jika aku benar-benar kering salam terhadap dahan dan kau jangan segera patah, sebab, barangkali setelah ini aku jadi angin, hinggap di cabang-cabang kecilmu, mengecup atau sekedar memeluk dingin sembari bercerita tentang banyak kenangan di musim hujan atau cuaca tak terduga, semisal tentang burung-burung yang membangun sarang atau tentang pemburu dengan senapan atau juga tentang para penebang dan kau mesti tahu aku tak akan pernah benar-benar menjadi jauh terhadapmu.
Padang; 20/03/2011
Kapal Yang Kita Layar
Kapal yang kita layar, hari ini menjadi ombak besar, mengejar pulau di peta dan retak garis tangan menghantarkan kita pada doa-doa, pada sepi-sepi dan teka-teki usia.
Bau garam, burung laut, ikan-ikan, dada kita tergenang, kita selalu mendengar batuk seseorang di kejauhan, memanggil kepulangan, sedang angin senantiasa barat dan kita selalu gemetar sendiri-sendiri.
Sebentar lagi, barangkali kita bakalan sampai, meski entah di mana.
Padang; 20/03/2011