Puisi-Puisi Reski Kuantan (19/07-08/08/2011)

 

Kupagut Malam

Kupagut malam
membiarkan kesiap ingatan
menitik waku yang hujan
apa kau mengenal sepi?
Seperti aku mengenal matamu?

Padang; 08/08/2011

 

 

Apa Kita Begitu Jarak?

Ujung singgalang
dan pangkal singkarak.

Padang; 29/07/2011

 

 

Wi, Apa Kau Kenal Takut Ini?

:Yuka Martlisda Anwika

Wi, apa kau kenal takut ini?

Aku dilahirkan masalalu. Menuai sejarah rahim ibu. Tapi lihat, begitu asing kini dan tak akrab. Apa kita hilang rupa? Atau lupa berkaca?

Batang air itu, yang jatuh dari kala dahulu dan memuarai dadaku, keruh penuh gamang dan ditubai peradaban. Siapa aku? Kau? Atau kita tanpa lagu dari ayah? Bukankah cuma sekedar mimpi kosong dan langkah sia-sia?

Tugu-tugu tempat aku membaca dan kau mendengar cerita, ditaiki burung-burung raksasa dan dihisap ke dalam perutnya. Kita buta dan diam saja? Oh kita, Wi, pelan-pelan dihisap kerlip-kerlip lampu kota. Hilang tanpa suara.

Teluk Kuantan; 26/07/2011

 

 

Kabar

Hujan meredam diam. Di luar, batang-batang melapuk lengang. Daun-daun  jatuh serupa usia, bertebaran serupa doa-doa. Kau di mana? Lihat, hari-hari adalah rumput, terus tumbuh dalam tunggu dan cemas menjerat jantungku.
Aku hilang rasa, aku hilang rupa. Kau mengertikah? Di kaca-kaca, di mata-mata, di kata-kata, kukaramkan cariku, kudiamkan rintihku.

Aku terbangun di dalam mimpiku dan mencarimu. Apa kau tahu? Lihat, aku ajari diriku agar tunduk terhadap ketentuan, percaya retak garis tangan dan takdir telah baik-baik ditanam Tuhan.

Kapan oh  aku kembali kau temui? Atau sekedar kabari. Di sini, begitu akrab kugauli sepi.

Teluk Kuantan; 25/07/2011

 

 

 

Di Suatu Stand Pameran Foto


Aku melihat:
Kampung kami dibingkai-bingkai
Tanah kami dibingkai-bingkai
Air kami dibingkai-bingkai
Tumpahdarah kami dibingkai-bingkai
Masalalu kami dibingkai-bingkai
Masadepan kami dibingkai-bingkai
Nasib kami dibingkai-bingkai
Kami hidup dalam bingkai
Kecuali mereka
Tukang perintah dan pembuat rencana

Teluk Kuantan; 24/07/2011

 

 

 

Doa


bubarkan
negera kami
jika memang
sudah
tidak mampu
untuk kami
perbaiki,
Amin.

Teluk Kuantan; 20/07/2011

 

 

Malamku La

La, bulan malam ini masih tak mampu takhlukan padu pijar matamu. Kutekukkan sekujur cemasku, aku manyerah. Lihat aku, la, kalah, aku dibenam malam dan tak mampu mendengar apa-apa, sepi begitu tajam menghisapku kecuali panggilan dari doamu.

La, aku berbisik pada angin, pada dingin dan seluruh ingin luruh di mulut waktu. Tahukah kau? Malamku, la, di kalbu dengan seluruh rindu aku tersedu.

Taluk Kuantan; 19/07/2011

Cari

Arsip