Puisi-puisi Reski Kuantan [09/08-19/08/2011]

Rasai Nun


Rasai, Nun.
Hujan itu terus tumbuh.
Apa telah kau kenali musim ini?
Seperti kita kenali gerak daun-daun,
tapi bukan gerak waktu.
Dan kita dihisap-Nya, segera.

Padang;19/08/2011
Rindu


Kukunyah sepi malam sendiri,
kudengar doa jantungku dan nadi,
lihat lampu-lampu,
merah, kuning, biru
tapi bukan warna matamu,
dan tak ada mimpi kecuali patuk detik menusuk dada kiri.

Padang; 09/08/2011

Lelaki Puisi


: Arther Panther Olii

Benarkah kita ini serupa rumput? Yang menghafal langit, menghafal gerak-gerik awan, bulan dan bintang. Tapi cuaca di mana? Siapa mengenalnya? Yang tiba-tiba baik, tiba-tiba marah atau kadang-kadang hilang gairah.

Atau adalah pohon? Yang ranum buahnya, yang merah warnanya dan harum baunya dan daun-daun itu usia? Yang berkisah sendiri-sendiri sebelum dihisap-Nya, yang kita gembirai dalam sekotak hadiah dan berbait-bait doa selamat berbahagia.

Tapi kau matahari, di luar semua istilah, yang menghijuakan rumput, mengemasi cuaca, memeluk pohon dan penuh hikmat memetik usia, kau membangun waktu sendiri, sama seperti puisi-puisi, terbit hidup dan mukim dalam sanubari.

Padang; 10/08/2011



Bulan di Atas Kepala


Kemudian pecah,
terbitlah jutaan matamu menjemput tidurku.
Padahal hujan,
sangat lebat.
Kekasiku.

Padang; 14/08/2011

Cari

Arsip