Naskah Teater: Rubayah [Babak III]

BABAK III

TERJADI PERKELAHIAN ANTARA MALIN 1 DAN MALIN 2.

Malin 1: Mestinya kau saja yang mati! (sambil menindih dan mencekek leher malin 2, kemudian malin 2 menendang malin 1 hingga terdorong).

Malin 2: (bergegas menindih dan mencekek balik leher Malin 1). Jika saja kau tak lupa diri jahanam!

Rubayah: Hentikan! Hentikaaaaan!! Hentikaaaaaaaaan! (berteriak).

Malin 2: (menatap Rubayah, kemudian melepaskan Malin 1, kemudian berlari menuju Rubayah dan bersujud di kakinya) Maafkan aku bu.

Rubayah: (menepis Malin 2 dengan kakinya kemudian berlari ke Malin 1) Kau tak apa-apa anakku? Kau baik-baik saja? Apakah sakit? Maafkan ibu nak. Maafkan ibu (mengusap kepala malin 1).

Malin 1: (menepis dan mendorong Rubayah) Menjauh dariku perempuan laknat! Kau bukan ibuku! (membentak).

Rubayah: (terisak-isak mengurut dada) Malin, Malin. Aku ibumu nak, aku ibumu.. (sesaat kemudian Rubayah menengadahkan tangan dan berdoa) Dengan dada ini, dengan tangan ini. Aku membesarkannya dengan penuh kasih. Oh Tuhan, jika memang ia anakku, jadikanlah ia batu..

Malin 1: Bu, ibu.. ibuuu (berteriak ketakutan seiring petir dan gemuruh  yang tiba-tiba muncul).

SUASANA KEMBALI HENING DAN GELAP

Malin 1: ha, ha ha ha (tertawa setelah cemas). Lihat Rubayah, lihat.. ha ha ha.. lihat.. lihaaaaaat! Tidakkah kau lihat aku baik-baik saja Rubayah? Lihat aku? Ha ha ha... Kutukanmu, kutukanmu, ha ha ha.. kutukanmu sudah tak mempam. ha ha ha.. Tentu saja, tentu saja Rubayah.. ha ha ha... Kau lihat Malin, kau lihat aku malin! Kutukan ibumu itu, ha ha ha.. (terbahak-bahak) Tak lagi mempam padaku!

Rubayah: Tidak anakku, tidak (terisak-isak). Aku memang tak pernah mengutukmu, tak sekali pun anakku. Tapi hatimu, hatimu lah yang batu. hatimu lah yang batu...

Tamat

Cari

Arsip