Puisi: Selepas Bukit Betabuh, Jadi Hujan, dll

Selepas Bukit Betabuh

Kita tiba di muasal
mula perkara rindu dan sejarah tumbuh
apakah yang hidup di dadamu?
ada gemuruh di jantungku
berhitunglah
satu dua dan berilah nama
pada tiap jengkal usia
juga detik yang menjerat urat leher kita
sebelum kita
benar-benar tiba di rumah

12/07/2014



Sepanjang Kilometer

Pohon-pohon sawit
telanjang bukit
aroma luka
doa-doa
sepanjang kepulangan
kita gagal memaknai cinta
yang bertahun-tahun silam
tertinggal entah di rahim siapa

12/07/2014



Hujan di Luar

Pernahkah kau bayangkan
ia air mata seseorang
yang rindu dan demam
menunggu kekasihnya pulang

12/07/2014



Lelap dan Percayalah

Malamlah yang paling ikhlas
mendengar keluh kesah
juga detak langkah
serupa dadaku
yang senantiasa sedia
menerima lelahmu
ketika arah mengicuh
ketika resah serupa sejuta peluru
bertubi meletup di kepala
juga sakit ingatan yang tak mau kalah

Lelap dan percayalah
sejauh apapun kau berjalan
sejauh itu pula
aku mengasihi serta mendoakan

12/07/2014



Jadi Hujan

Sekali saja
aku ingin jadi hujan
lalu jatuh di rambutmu
di bahumu
menjadi bulir-bulir yang siap kau tangkap
seperti usiaku yang selalu siaga tuk kau dekap

Berlari-larilah
seperti kau perempuan kecil yang penuh keriangan
di bawah titik-titikku yang meniada dan menjadi doa

Kau tahu?
melihat kau bersijingkat tertawa
seolah lengkap sudah aku mengbenal bahagia

19/07/2014



Kotak

Apakah kotakmu sudah penuh?
hari masih akan terus tumbuh
ini
pakailah kotakku
kita masih bisa
menyimpan banyak kenangan di dalamnya

25/07/2014

Cari

Arsip