Puisi: Keranda, Lagu Kematian

Keranda

Di dalam cinta aku menemukan kita
di dalam doa pula
dan tubuhku yang kian kaku
tunduk pada ketentuan waktu
sementara pada angin dan dingin
kau masih senantiasa berandai ingin

Telah  kusaksikan kita mengenal malam
warna warna kehilangan
juga senyap demi senyap
mendenting pekik waktu
yang berterbangan dari masa laluku
hinggap dalam masa lalumu

Telah pula kita kasihkan nyeri liuk hidup
musim dan tahun
hikayat dan renung
cinta demi cinta
menelaga ceruk mata
kenangan mematuk dada

Tentang sepi yang akan menjadi milikmu
atau senyap yang paling hantu
ia lahir dari usiaku
tumbuh di usiamu
telah kukemas ketika kau masih pulas
sembari pelan-pelan kulepas nafas

Aku telah berangkat ketika subuh warna pekat
dan kau masih terlelap
kutinggalkan keranda di depan pintu
tempat kelak kau menyimpan rindu

Di dalam cinta aku menemukan kita
di dalam keranda kau akan menziarahinya

Kuansing; 25/11/2014

 

Lagu Kematian

Nasib telah membawaku
lagu-lagu telah dimainkan
nama telah dituliskan
doa dibuang dalam tangisan

Dalam matinya tubuhku
dalam matinya hidupmu
mematuk detik menyentak
detik-detik terus bergerak

Aku senantiasa bersyukur
tentang degup dan cinta
tentang panggung dan rasa
hidup yang setipis garis senja

Waktu telah tiba
dalam suaramu luka
kematianlah sesungguhnya
paling milik kita

Kuansing; 28/11/2014

Cari

Arsip