Puisi: Kopi Pahit, Pada Kawanku, dll

Pada Kawanku

Aroma gerimis pada kawanku
lekat dalam ketiak waktu
ketika ia terus ke barat
menelusuri usianya sendiri

Dengan mata senja kelak
akan kuhitung jejak-jejaknya
yang ia sisakan di bibir pantai
surut laut segera semoga
sebelum ia benar-benar sampai

Puisi-puisi telah kubacakan
mantra-mantra pemanggil Tuhan
kuhafal dengan benar bunyinya
jua dalam darahmu
mengalirlah menggema-gema
bahasakan dalam dada

Padang; 22/4/2015

 

Pada Hujan Sore yang Melintasi Kotaku

Katamu pada hujan itu
kau titipkan tubuhmu

Maka
Kubiarkan hujan menimpa tubuhku
rambutku dan bahuku
kubiarkan hujan dan tubuhmu
menjadi tubuhku

Padang; 15/5/2015

 

Kepada Sahabatku Randie SK

Jika kau ingin tahu kabarku
Aku masih berkelahi dengan harapan
dan omong kosong kehidupan

Ada yang senatiasa pekat
ialah kelupaan dan ketiadaan
Tuhan pernah meniupnya di jalanku

Maka
kalau kau bersua senja
katakan aku juga mencarinya
setelah lilin kutiup dan usia kian menciut

Kelak
jika nasib baik
akan kuceritakan padamu tentang rindu
yang kuhirup tiup serupa candu

Padang; 5/5/2015

 

Mengeja

Aku mengeja detik
mencari detak di ujung titik
waktu di pundakku tak mau berhenti
aku terus mencari

Aku berlari ke jantungmu
kutemui bisu di dadaku
aku sembunyi di dadamu
kutemui kota di jantungku
kotamu yang hidup dua puluh empat jam
gembel-gembel bertanam harapan
malaikat bertengger di bibir gelas
bir menguap penuh malas

Kita mabuk pada hidup
matamu mataku yang redup
tubuhmu tubuhku yang gerak
jiwamu jiwaku yang lasak
di dalam kita kita tersesat
saling tuduh saling siasat

Nyanyikan lagu nina lagi
tidurkan luka dengan mimpi
di kesiap udara malam
di sunyi yang mengeram
di kita yang berkali-kali karam

Aku mengeja titik
di detak denting detik
ke kau juga
akhirnya aku menyerah

Pekanbaru; 24/5/2014

 

Senja di Sako

Ketika langit orange
laut masih setenang matamu
dua ekor anjing berkejaran
mengantar hari ke waktu yang lain

Kuserap segala curiga
terhadap usia dan angka-angka
kapal-kapal yang pergi
tak dapat kau tebak bagaimana akan kembali

Pula pucuk-pucuk cemara
getar angin yang tiba-tiba tuba
dendang saluang tepuk rebana
apa lagi yang paling gamang dan gema?

Kau tahu benar tempat kita pulang
selain jarak dan dekapan
ialah rindu
tahun-tahun serupa kuda pacu

Padang; 12/5/2015

 

Bulan di Mata Kekasihku

Kekasihku memelihara bulan di matanya
cahayanya memantul di samudera
digulung-gulung gelombang
menusuk tubuh karang

Pada temaram kekasihku menjuntaikan rindu
burung malam bersiul merdu
gema ke pucuk hatiku
getar mengintip di balik pintu

Suatu pagi dadaku berlubang-lubang
aku menengok ke dalam
kutemukan kotamu yang benderang

Malam-malam kemudian
mata kekasihku hitam lebam
tubuhnya menjelma hujan

Padang; 12/4/2015

 

Kapalmu Yang Laut

Kuhitung jejak tersisa
ombak mengikisnya
aku ingin marah
tapi pada siapa?

Kapalmu yang laut
doaku yang darat
ketika temaram senja
rindu berdansa

Sementara senyap sengit
buram melukis langit
di ujung malam
jatuh cinta tertikam

Padang; 4/5/2015

 

Kopi Pahit

Jika kau hidu kopi kemarin
ingatlah angin pernah tajam
setajam tuai padi ibu
di tanah kelahiran
yang pernah ia tanam jantung
tumbuh menembus langit
menembus harapan demi harapan

Garis nasib memang rahasia benar
meski kau siasat waktu
mengicuh mimpi dan hatimu sendiri
tapi luka abadi
ngilu menyerang tiap sendi
bukit dan laut yang kau jelajahi

Berbalik adalah jalan terbaik
kenangan ialah tempat kita pulang
ziarahi kekalahan demi kekalahan
dan bola-bola waktu yang pecah
segera kau ketahui maknanya

Padang; 2/5/2015

 

Cari

Arsip